kkhafa.blogspot.co.id, Seoul - Korea Utara (Korut) dicurigai tengah merencanakan
serangkaian serangan teror terhadap rivalnya, Korea Selatan (Korsel).
Target serangan teror Korut ini dilaporkan beragam, mulai dari aktivis
hingga anggota pemerintahan Korsel.
Seperti dilansir news.com.au,
Jumat (19/2/2016), Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS) menerima
informasi yang mengindikasikan pemimpin Korut Kim Jong Un memerintahkan
persiapan serangan teror terhadap Korsel.
Para pejabat tinggi
Korsel menanggapi serius ancaman teror Korut ini. Terutama setelah
negeri komunis itu melakukan uji coba nuklir dan rudal baru-baru ini.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi setempat, pejabat senior dari
kantor kepresidenan Korsel Kim Sung-woo menyebut badan intelijen Korut
telah mulai melaksanakan perintah Kim Jong Un tersebut.
"Mengerahkan
kemampuan teror anti-Korsel yang bisa memberikan ancaman langsung bagi
keselamatan dan keamanan kita," sebut Kim Sung-woo. Ditambahkan
Kim, kemungkinan serangan Korut semakin meningkat dari sebelumnya. Oleh
karena itu, dia mendorong parlemen segera mengesahkan rancangan
undang-undang antiteror.
Secara terpisah, informasi serupa juga
disampaikan anggota Partai Saenuri, partai yang kini berkuasa di Korsel,
yang ikut dalam rapat tertutup dengan NIS di parlemen. Menurut salah
satu pejabat Partai Saenuri yang enggan disebut namanya, rapat itu
membahas persiapan serangan Korut.
Dalam rapat, NIS yang mengutip
kajian provokasi Korut dan beberapa kajian lainnya, menyebut serangan
teror Korut bisa saja menargetkan aktivis anti-Korut, pembelot Korut dan
juga pejabat pemerintahan Korsel. Pejabat itu juga menyebut rencana
serangan bisa menargetkan berbagai lokasi, seperti pada kereta bawah
tanah, pusat perbelanjaan dan area publik lainnya.
Bahkan
dicurigai oleh NIS, Korut bisa saja melakukan serangan racun terhadap
para aktivis dan pembelot, atau membujuk mereka untuk pergi ke China,
lalu mereka akan diculik di sana. Pejabat partai Saenuri ini menolak
menyebut lebih lanjut dari mana informasi intelijen NIS itu diperoleh.
kkhafa.blogspot.co.id --
Kelompok militan ISIS dikabarkan mengeksekusi dua
remaja yang tidak salat Jumat dan seorang lainnya karena mendengarkan
musik pop pekan ini. Jika kabar ini benar, maka eksekusi ISIS kali ini
menambah daftar panjang aksi kekerasan ISIS yang menganut paham Islam
garis keras.
Dilaporkan The Independent pada
Kamis (18/2), eksekusi ketiga remaja ini pertama kali dikabarkan
oleh sejumlah media Kurdi. Eksekusi ini disebut terjadi di Mosul, kota
di wilayah utara Irak yang terbesar dan dikuasai oleh ISIS.
Menurut ARA News, dua remaja ditangkap pada Jumat pekan lalu karena tidak menghadiri salat Jumat di masjid utama di Mosul.
Aktivis lokal, Abdulah al-Malla menyatakan keduanya kemudian dieksekusi
dengan cara ditembak mati di luar masjid pada Minggu (14/2).
"Eksekusi
itu terjadi setelah anggota Mahkamah Syariah membacakan pernyataan
bersumpah siapa pun yang tidak mengikuti salat [berjamaah] di masjid
[akan] menghadapi hukuman yang sama," kata Malla.
Selain itu,
patroli ISIS juga berhasil menangkap seorang remaja berusia 15 tahun
bernama Ayham Hussein saat dia tengah mendengarkan musik di toko
ayahnya.
Juru bicara untuk media Kurdi lainnya, Nineveh yang dikutip oleh ARA News menyatakan sang remaja ditangkap ketika tengah mendengarkan "musik Barat."
"Dia kemudian dirujuk ke Mahkamah Syariah, yang mengeluarkan keputusan untuk mengeksekusinya," ujar juru bicara itu.
Sang
remaja dilaporkan dieksekusi dengan cara dipenggal kepalanya di depan
publik. Jasad sang remaja kemudian diserahkan kepada keluarganya pada
Selasa (16/2) malam.
Laporan ini tidak dapat diverifikasi secara independen, namun media
Kurdi menyebutkan bahwa insiden itu nampaknya memicu kemarahan publik
yang jarang terjadi di wilayah yang dikendalikan ISIS.
Juru
bicara itu menyebutkan bahwa ini merupakan kali pertama kasus seperti
ini terjadi di Mosul. Sebelumnya, menurut sang juru bicara, "tidak ada
keputusan resmi dari Mahkamah Syariah untuk melarang mendengarkan musik
Barat."
Meski demikian, pada akhir Januari lalu, seorang remaja
berusia 14 tahun juga dikabarkan menerima eksekusi dari ISIS atas
tuduhan yang sama. Aktivis lainnya, Nasser Taljbini, menyatakan eksekusi
itu dilakukan dengan kejam, karena orang tua sang remaja "dipaksa
menyaksikan pemenggalan anak mereka sendiri."
Kabar eksekusi ISIS
terhadap sejumlah remaja ini mencuat di tengah laporan soal kemunduran
ISIS di sejumlah wilayah di Irak. (ama)